Dia memberikan sebuah wasiat sebelum dieksekusi mati di tiang gantungan.
Seorangperempuan Iran, Reyhaneh Jabbari, tak menyangka bahwa hidupnya harus berakhir di tiang gantungan. Oleh pengadilan Iran, Reyhaneh dijatuhi hukuman mati karena membunuh mantan anggota intelijen Iran Morteza Abdolali Sarbandi yang hendak memperkosanya pada 2007.Dalam pesan suara yang direkam pada April lalu, yang dirilis kelompok oposisi Iran NCRI,perempuan 26 tahun itu mengucapkan wasiat terakhir kepada ibunya, Sholeh Pakravan.
"Sholeh sayang, jangan menangis soal putusan pengadilan ini," kata Reyhaneh dengan suara lirih. "Dari lubuk hati terdalam, Ibu jangan bersedih. Aku tidak mendambakan menyusahkan Ibu. Relakanlah segala ini."
Dalam wasiat tersebut, Reyhaneh berpesan kepada Sholeh untuk mendonorkan segala organ badan dan segala yang dapat didonorkan kepada seseorang yang membutuhkan. Reyhaneh juga bercerita bagaimana ia merasa diperlakukan tidak adil oleh pengadilan.
Dalam pembelaan di pengadilan, Reyhaneh mengatakan ada seseorang lain saat kejadian, dan menurutnya, dialah yang bertanggung jawab atas tewasnya Sarbandi. Namun kabarnya keterangan Reyhaneh tersebut tidak berpengaruh terhadap eksekusi dirinya.
"Pembunuh sebenarnya tak mungkin pernah ditemukan karena mereka kaya dan punya kekuasaan," pesan Reyhaneh dalam wasiatnya.
Eksekusi gantung terhadap Reyhaneh tetap dilaksanakan pada Sabtu, 25 Oktober kemarin meskipun menuai kecaman dunia internasional yang meminta Iran untuk melepasnya.
Reyhaneh mengakhiri wasiatnya dengan berkata, "Aku mendambakan memeluk Ibu hingga ajal menjemputku. Aku cinta Ibu." Sholeh hanyalah diberi waktu satu jam untuk melakukan pertemuan terakhir dengan puterinya sebelum menuju tiang gantungan.